MENGGAIRAHKAN KEMBALI BUDIDAYA
“SI BONGKOK“
UDANG GALAH YANG PERNAH MENJADI IDOLA 
DI KABUPATEN CIAMIS

Oleh : Dian Risnandar, S.Pi ( Penyuluh Perikanan)

Pendahuluan

Usaha
 budidaya udang galah bagi sebagian masyarakat sepertinya masih belum terlalu menarik dibandingkan dengan budidaya lele atau ikan gurami. Hal ini mungkin terkait tingkat budidaya yang rumit dan konsumsi udang galah yang masih rendah di masyarakat karena harganya relatif mahal diandingkan ikan. 

Udang galah merupakan spesies asli Indonesia. Udang ini berasal dari marga Macrobrachium rosenbergii. Udang galah memiliki ciri fisik kepala mengerucut dan badan nya lebih besar dari udang lain. Selain di Indonesia, udang galah juga banyak ditemukan di tempat Indo Pacific sampai timur afrika terutama malaysia. 



Di awal perkembangannya, pembudidaya udang galah menggunakan udang galah lokal untuk dijadikan sebagai awal perjuangan budidaya udang galah. Namun kelemahan udang galah dari sisi produksi dan eknomi, yaitu laju pertumbuhan yang lambat serta komposisi daging yang sedikit membuat pelaku utama udang galah mengganti dengan spesies dari lembaga yang melaksanakan penelitian yang lebih baik



Beberapa Pokdakan di Daerah Kabupaten Ciamis ada yang membudidayakan Udang Galah.  Untuk pengembangan Kecamatan Pamarican dijadikan sentra komoditas udang galah 

Persayaratan Teknis

Waktu budidaya dilakukan sekitar empat bulan dan membutuhkan pakan pelet sekitar 50 kilo perkolam. Selain pemberian  pakan yang harus dilakukan intensif pembudidayaan udang  galah harus selalu memperhatikan kondisi lingkungan untuk menjaga pertumbuhan udang galah dan juga hal yang harus diperhatikan dalam membudidayakan udang galah adalah kejernihan air dan kesuburan tanah yang baik.

Udang galah merupakan komoditas perikanan air tawar yang dalam pembudidayaannya memerlukan beberapa persyaratan dalam hal pemilihan lokasi kolam dan lingkungannya. Untuk lokasi, persyaratan utamanya adalah ketinggian, jenis tanah dan adanya air mengalir
Pembesaran udang galah dapat dilakukan dengan sistem monokultur atau polikultur, dengan teknologi antara lain sebagai berikut :
1.      Teknologi pembesaran di kolam dengan persyaratan teknis tertentu
2.      Teknologi pembesaran di sawah tambak yang merupakan perairan pasang surut   (contoh di wilayah Bengawan Solo, Jawa Tengah).  Dengan teknologi ini udang galah dapat dibudidayakan secara polikultur dengan ikan lain misalnya tawes dan bandeng.
3.      Teknologi pembesaran di tambak darat yang mempunyai kadar garam kurang dari 10 permil. Persyaratan teknisnya hampir sama dengan pembesaran udang galah di kolam, namun yang perlu diperhatikan adalah proses aklimatisasi benih udang dari air tawar ke sedikit payau.

 Secara lengkap persyaratannya adalah sebagai berikut:

a.Syarat lokasi:
- Ideal di dataran rendah dengan ketinggian ¬ 400 M Dpl
- Tanah lumpur berpasir
- Terdapat sumber air mengalir
- Bebas banjir
- Bebas dari pencemaran
- Keamanan terjamin
- Mudah dijangkau

b. Syarat lingkungan:
- pH : 7-8
- Salinitas : 0-5 permil (namun sebaiknya air tawar)
- Tinggi genangan : 80-120 cm
- Temperatur air : 26°C-30°C
- Kecerahan air : 25-45 cm
- Oksigen terlarut : 5-7 ppm
- Karbondioksida : 2-12 ppm
- Amoniak (NH3) : < 2 ppm Fasilitas Produksi dan Peralatan



Melihat syarat lokasi tersebut tidak semua wilayah Kecamatan Pamarican tidak dapat dijadikan untuk areal pembudidayaan udang galah. Hal ini yang menjadi salah satu permasalahan dalam upaya menjadikan Pamarican menjadi sentra Udang Galah. Selain hal tersebut bahwa sistem kawasan budidaya udang di Wilayah Pamarican tidak berupa hamparan kolam melainkan spot - spot kecil dari kolam milik pembudidaya.



Daerah-daerah yang memiliki potensi untuk pembudidayaan udang galah di Pamarican antara lain Desa Sukahurip, Desa Pamarican, Desa Neglasari, Desa Sukajaya, Desa Sidamulih dan Pasirnagara.

UPAYA-UPAYA DAN BANTUAN PEMERINTAH
Upaya-upaya menggairahkan kembali budidaya udang galah telah banyaj dilaksanakan oleh berbagai pihak terkait, terutama dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Ciamis sbagai leading sektor.
Pada awal Tahun 2017 Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Dirjen Budidaya melaksanakan inisiasi untuk merevitalisasi kawasan budidaya udang galah di Desa Sukahurip dan Desa Pamarican. Pada pertengahan Tahun 2017 telah terealisasi bantuan berupa pembangunan saluran pemasukan air di kawasan tersebut, hasil nya sudah mulai dapat dinikmati oleh para pentokol dan pembesar udang galah di daerah tersebut.


Sebagai pendukung Program tersebut Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Ciamis juga melaksanakan kegiatan Perbaikan Hatchery Udang Galah milik kelompok MINA USAHA SEJAHTERA di Desa Pamarican. Hasilnya sudah bisa dimanfaatkan dan dioperasikan oleh anggota kelompok waluapun belum semua unit pembenihan dapat dioperasikan secara optimal.
Dukungan lain sebagai upaya Menggairahkan udang galah adalah melalui bantuan benur dari Sukabumi dan bantuan calon Induk udang galah SI RATU. Hasilnya cukup menstimulan pelaku utama terutama bantuan benur karena pada saat itu ketersediaan benur sangat sedikit, bahkan biasanya palaku utama mendatangakan benur  dari Jogjakarta  pun sangat sedikit.


Untuk bantuan calon induk SI RATU sebanyak 1.500 ekor kepada POKDAKAN BINA INSANI untuk dipelihara dan selanjutnya di pijahkan dan dikembangkan di kelompok tersebut. Proses pemijahan sendiri dilakukan bersama kelompok MINA USAHA SEJAHTERA sebagai pembenih udang galah.


Sampai dengan Bulan Oktober 2018 telah dilaksanakan pemijahan induk SI RATU sebanyak 250 ekor di 3 unit Hatchery MINA USAHA SEJAHTERA. Hasilnya cukup baik.
Selain itu juga ada kepedulian dari Organisasi PALUMA di Pamarican yang turut mendukung kegiatan budidaya udang galah dengan kembali membekali beberapa pelaku utama dari Desa Sidamulih dan sekitarnya untuk mengikuti Kegiatan Magang di Sukabumi.
Dan sebagai upaya lainya adalah dengan mengoptimalkan kembali lembaga balai udang galah yang ada di Pamarican.

 Permasalahan
Dalam proses kegiatan sebagai upaya menjadikan Pamarican sebagai sentra udang galah Kabupaten Ciamis banyak di temukan berbagai permasalahan.
Permasalahan pertama datang dari kesiapan Hatchery MINA USAHA SEJAHTERA yang pernah menjadi juara tingkat nasional pada tahun 2009, pada perkembangannya mengalami kemunduran usaha. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh harga beberapa faktor pendukung kegiatan yang selalu naik. Seperti artemia yang dari kisaran harga Rp 125.000 – Rp. 250.000 menjadi kisaran Rp. 350.000 sampai Rp. 700.000. Begitu pula dengan air laut yang harus membeli dengan harga Rp.70.000 per drum dari wilayah Pangandaran. Sementara itu harga benur masih tetap di kisaran Rp. 125-Rp.250; per ekor. Ini yang menyebabkan gairah pembenih di MINA USAHA SEJAHTERA untuk memijahkan udang galah menurun.
Untuk mengisi kekosongan benur di Wilayah Pamarican Pelaku Usaha Udang Galah DEDI “DUL” SUNANDAR mengisi dari daerah JOGJAKARTA.

Permasalahan kedua datang dari kelompok pentokol dan pembesar. Hampir sama dengan pembenih bahwa faktor produksi meningkat terutama pakan dan kapur. Sehingga pelaku pentokol dan pembesar melakukan upaya pemecahan masalah dengan sisitem budidaya poli kultur dengan ikan gurame.
Kendala lainnya yang dirasakan adalah masih kurangnya pengetahuan pelaku utama udang galah ini dalam menerapkan metode budiaya yang lebih intensif sehingga diperlukan penyuluhan teknis yang melibatkan instansi terkait.
Selain itu modal usaha dan kaderisasi pembudidaya ikan pada generasi muda  dan sistem pencatatan juga menjadikan kendala dalam memperluas usaha budidaya udang galah tersebut. Seperti di ketahui para pembudidaya udang galah yang masih istiqomah melaksanakan kegiatan usahanya sudah relatif berusia, seperti Bapak DANI JATNIKA, Bapak Dodo dari Pokdakan BINA INSANI atau di daerah Desa Pasirnagara seperti H. Udin. Pun begitu juga dari Desa Sidamulih juga sama. Ini perlu adanya regenerasi dari kaum muda. Namun pikiran generasi muda yang selalu mengutamakan keuntungan dan kemudahan rasanya sangat sulit untuk regenerasi ini selama teknologi udang galah masih relatif .


Terlepas dari permasalahan yang ada, beberapa pelaku utama  telah membuktikan kesuksesan dalam membudidayakan udang galah dengan selalu melakukan pemanenan udang galah terutama di sektor pentokolan dan pembesaran, untuk mengisi permintaan dari berbagai kota seperti Semarang, Jogjakarta, Bandung, Depok dan daerah lainya.             Pemasaran udang  galah dilokasi tersebut tidak banyak menghadapi kendala karena permintaan akan udang galah cukup tinggi terutama ke sektor restoran. Selain pemasaran ke Restoran masih banyak permintaan dari masyarakat yang belum terpenuhi.namun ada sedikit kendala diantaranya adalah faktor distribusi udang galah yang aman dan tepat waktu juga jadwal panen yang belum terkendali.
Hal ini juga tetap menjaga asa bahwa SI BONGKOK dari Pamarican masih dapat di jadikan Primadona.




Peran Penyuluhan Perikanan
Sebagai upaya menjadikan Pamarican sebagai sentra udang galah Kabupaten Ciamis peran penyuluh perikanan diharapkan mampu untuk membantu memfasilitasi antara pelaku utama, pelaku usaha dan pihak pemerintah untuk terus mewujudkan sentra udang galah.


Salah satu peran melalui akses informasi pasar, hubungan antar kelompok dan penyampaian inovasi teknologi berkaitan dengan udang galah, selain tentunya pendampingan usaha dan pendampingan bantuan program pemerintah.

Rekomendasi Inovasi Teknologi
Salah satu inovasi teknologi yang mungkin bisa di terapkan adalah sistem BIOFLOK untuk Udang Galah menggunakan kolam Terpal.
  


Kini apakah anda tertarik untuk memulai perjuangan kecil budidaya udang galah? mulailah membaca panduan budidayanya lalu segera cek kondisi perairan di daerah anda.


Dari Berbagai sumber .

Penulis : Dian Risnandar, S.Pi (Penyuluh Perikanan)



Komentar

  1. mohon maaf ada sedikit koreksi harga benur Rp 50 per ekor, mohon maklum

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

leaflet Penyebab Gurame Mahal Harganya

PELUANG USAHA MELALUI BUDIDAYA SISTEM AKUAPONIK