Penyakit Gembil Ikan
Penyakit yang disebabkan oleh Protozoa Myxosporidiasis
Penyebab : Myxosporea
dari genera Myxobolus, Myxosoma, Thelohanellus, dan Henneguya
morfologi protozoa |
Myxobolus sp merupakan Protozoa penyebab
penyakit myxosporeasis atau myxosporidiosis. Protozoa ini memiliki ukuran yang kecil, yaitu sekitar 10-20 µm sehingga sering
tertelan oleh ikan. Di dalam usus ikan, spora Myxobolus sp
akan melepaskan sejenis anak panah yang terikat dengan semacam benang halus ke
polar kapsulnya dan apabila anak panah mencapai dinding usus, maka spora akan
bergantungan pada dinding usus. Pada mekanisme infeksi selanjutnya akan terjadi
kerusakan jaringan dengan gejala klinis antara lain timbul bintil berwarna
kemerah-merahan yang sebenarnya merupakan kumpulan dari ribuan spora dimana
bintil ini sering menyebabkan tutup insang selalu terbuka. Pada ikan yang
terserang terdapat benjolan menyerupai tumor, terjadi gangguan pada sirkulasi
pernafasan akibat penghambatan konsumsi oksigen, penurunan aktivitas insang
serta fungsi organ pernafasan, serta necrosis. Bentuk infeksi dan
morfologi Myxobolus sp disajikan pada gambr berikut.
infeksi Myxobolus sp |
Selain Myxobolus sp,
penyakit myxosporeasis atau myxosporidiosis dapat
disebabkan oleh Protozoa lain yang memiliki karakter serangan mirip
dengan Myxobolus sp. Protozoa yang juga berperan sebagai agen
penyakit myxosporeasis (myxosporidiosis) adalah Myxosoma sp, Henneguya sp Thelohanellus sp.
Jenis Myxosoma sp menimbulkan bengkak di sekitar punggung ikan
seperti bisul dan apabila pecah akan mengeluarkan cairan keruh kemerahan atau
menyerupai nanah. M. cerebralis merupakan parasit yang
menginfeksi telinga dan merusak tulang rawan telinga. Penyakit ini disebut juga
whirling diseases karena ikan akan berenang berputar-putar pada porosnya dengan
kepala menghadap ke atas.
Myxosoma sp (a), Henneguya sp (b), dan Thelohanellus sp (c) |
Jenis
lainnya adalah Henneguya sp yang membentuk kista dan ditemukan
di dalam atau pada organ pernafasan dan menimbulkan pembengkakan jaringan dan
pada infeksi yang berat menimbulkan kematian. Sedangkan Thelohanellus sp
menyebabkan penyakit bisul berwarna putih seperti kista yang terdapat di bawah
kulit. Parasit ini juga ditemukan pada insang, hati, ginjal, dan dinding usus.
Gejala klinis tidak berbeda jauh dengan serangan Myxobolus sp,
yaitu adanya kista atau bintil pada insang, kulit, ginjal, dan bagian lainnya,
kerusakan alat pernafasan, necrosis, dan bahkan menyebabkan kematian
ikan.
Bio –
Ekologi Patogen :
- Myxosporea berbentuk
seperti buah pir atau biji semangka (kwaci), terbungkus dalam kista yang berisi
ribuan spora.
- Memiliki
vakuola yang disebut vakuola iodinophilous yang menjadi pembeda dua
genera Myxosporea, yaitu Myxosoma (tanpa vakuola
iodinophilous) dan Myxobolus (dengan vakuola
iodinophilous).
- Spora yang
dimakan oleh inang dan masuk ke dalam usus akan pecah mengeluarkan sporoplasma,
dan bergerak secara amoeboid masuk dalam sirkulasi darah dan terbawa ke organ
target infeksi.
- Inang
umumnya jenis-jenis ikan dari kelompok cyprinidae, labirinth dan
salmonidae. Di Indonesia, jenis ikan yang sering terinfeksi myxosporea antara
lain benih ikan mas, tawes, sepat, gurame dan tambakan.
- Prevalensi serangan bervariasi dari rendah sampai sedang dengan mortalitas berpola kronis
Gejala
Klinis :
- Menginfeksi jaringan ikat tapis insang, tulang kartilag, otot/daging, dan beberapa organ dalam ikan (terutama benih).
- Terlihat
benjolan putih seperti tumor berbentuk bulat-lonjong menyerupai butiran padi
pada insang ikan.
- Pada infeksi
berat, tutup insang (operkulum) tidak dapat menutup sempurna, sirip ekor
bengkok dan berwarna gelap
- Bengkak-bengkak/gembil
di bagian tubuh (kanan/kiri), struktur tulang yang tidak normal
- Berenang
tidak normal, berdiam di dasar dan akhirnya mati.
Benih ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan trout pelangi(Oncorhynchus mykiss) yang terserang penyakit myxosporidiasis |
Diagnosa :
- Pengamatan
secara visual terhadap tingkah laku dan gejala klinis yang cukup jelas
- Pengamatan
secara mikroskopis untuk melihat morfologi myxosporidia melalui pembuatan
preparat ulas dari organ target infeksi. Pengamatan yang lebih jelas terhadap
karakteristik spora diperlukan pewarnaan yang spesifik.
- Persiapan kolam (pengeringan dan desinfeksi kolam) untuk memutus siklus hidup parasit.
3. Hindari
penggunaan air dari kolam yang sedang terinfeksi parasi
4. Pengendapan
yang dilengkapi dengan filtrasi fisik (batu, ijuk, kerikil dan
pasir)
ijuk dan kerikil untuk filtrasi kolam |
5. Belum ada
bahan kimia yang efektif untuk mengobati penyakit ini.
Sumber :
Penyakit Akuatik. Andri Kurniawan; Buku Saku Penyakit Ikan. DJPB
Semoga Bermanfaat...
Komentar
Posting Komentar