10 Sistem Teknologi Budidaya Kreatif
Seiring berkembangnya kebutuhan
industri budidaya ikan atau udang yang dituntut ramah lingkungan, beragam
teknologi yang dapat digunakan untuk meminimalisir limbah budidaya mulai
bermunculan. Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh pembudidaya ikan atau udang
untuk meminimalisir limbah sisa pakan atau mengolahnya.
1. Teknologi Sistem Resirkulasi
Sistem ini memanfaatkan proses nitrifikasi dari
bakteri. Dengan sistem ini limbah dari sisa pakan maupun hasil metabolisme
berupa Amoniun dikonversi menjadi komponen yang lebih dapat ditoleransi oleh
ikan yaitu nitrat. Selanjutnya nitrat dapat digunakan untuk bahan pupuk.
Sistem tersebut sudah dikembangkan untuk
pembesaran ikan lele di STP Jakarta. Tidak hanya meminimalisir limbah namun
mampu meningkatkan produksi lele mencapai 400 kg/m3 air atau sekitar 4 kali
lipat dari hasil rata-rata yang biasa dicapai.
Menurut Jangkaru (2004) sistem resirkulasi
adalah suatu metode pemeliharaan ikan dalam wadah terkontrol dalam menggunakan
kembali air bekas setelah proses penyaringan secara fisik dan biologi. Lesmana
(2004) menyatakan bahwa sirkulasi (perputaran) air dalam pemeliharaan ikan
sangat berfungsi untuk membantu keseimbangan biologis dalam air, menjaga
kestabilan suhu, mambantu distribusi oksigen serta manjaga akumulasi atau
mengumpulkan hasil metabolit beracun sehingga kadar atau daya racun dapat
ditekan.
Keuntungan dari sistem resirkulasi adalah
efektif dalam pemanfaatan air dan lebih ramah lingkungan, karena kondisi air
yang digunakan dapat terkontrol dengan baik sedangkan kelemahan dari sistem ini
adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan karena kondisi yang teratur agar
dapat berjalan dengan baik (Lasordo, 1998). Sirkulasi (perputaran) air dalam
pemeliharaan ikan akan memberikan beberapa keuntungan antara lain :
1.
membantu
menjaga keseimbangan biologi air.
2.
mencegah
berkumpulnya ikan atau pakan pada suatu tempat.
3.
membantu
distribusi oksigen kesegala arah.
4.
menjaga
hasil metabolit mengumpul sehingga kadar atau daya racun dapat ditekan.
5.
keuntungan
lain menggunakan sistem resirkulasi yaitu mampu mengurangi kontiniutas
penyiponan pada wadah yang tujuannya membersihkan sisa pakan dan sisa
metabolisme ikan (Silitonga, 2006).
6.
Menurut
Spotte dalam Stickney (1993) suksesnya sistem resirkulasi
terutama bergantung kepada efektivitas sistem dalam menangani atau mengolah
limbah budidaya terutama berupa limbah metabolik. Suatu unit sistem resirkulasi
yang umum biasanya terdiri atas beberapa bagian yaitu satu atau lebih wadah
untuk pemeliharaan ikan, tempat untuk pengendapan, filter biologis, sistem
aerasi dan setidaknya satu pompa air untuk mengalirkan air kedalam sistem atau
wadah pemeliharaan.
2. Teknologi Busmetik atau Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik
Model budidaya ini diterapkan dengan
memperkecil petakan tambaknya dari ukuran biasanya (1/5 hingga 1/4 dari
ukuran tampak pada umumnya). Dengan memperkecil petakan, maka pengontrolan
lebih mudah dan efisiensi penggunaan pakan menjadi lebih maksimal.
Teknologi ini sudah diselaraskan dengan
penanaman vegetasi mangrove yang sangat berguna untuk mendukung tambak itu
sendiri. Air dari tambak tidak dibuang ke perairan bebas namun diarahkan ke
vegetasi mangrove, yang kemudian dimanfaatkan untuk budidaya bandeng atau
kepiting.
Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Kampus Serang
berhasil membuat teknologi terbaru dalam budidaya udang yang dinamakan Budidaya
Udang Skala Mini Empang Plastik (Busmetik).
Kepala Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan STP Serang, Sinung
Rahardjo, menjelaskan, teknologi tersebut dinamakan Busmetik karena menggunakan
plastik sebagai wadah di tambak udang. Sehingga menurutnya, modal yang
dikeluarkan pun tidak terlalu besar.
Ia memaparkan, modal yang harus dikeluarkan untuk Busmetik tidak besar, hanya
sekitar Rp 15 juta hingga Rp 17 juta per siklus. Karena menurutnya, membuat
Busmetik tidak memerlukan lahan yang begitu besar, hanya sekitar 600 meter
persegi hingga 1.000 meter persegi paling besar.
3. Teknologi Probiotik
Teknologi ini diyakini mampu membantu
meminimalisir limbah (terutama pada budidaya udang). Bakteri dari genus Bacillus, banyak membantu dalam proses perbaikan mutu
air tambak karena mampu menkonversi bahan organik menjadi komponen terurai
lainnya yang lebih ramah.
Probiotik ini merupakan salah satu upaya
budidaya yang berkelanjutan dan ramah lingkungan karena probiotik bertugas
mengurai H2S, amoniak, nitrit, dan nitrat yang terdapat pada limbah.
Ada dua cara penggunaan probiotik yang bisa
dimanfaatkan petani Lele untuk mendongkrak hasil kolamnya. Pertama, probiotik
untuk menggemburkan dasar kolam sekaligus memelihara kualitas air. Probiotik
ini cukup diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali
supaya air selalu sehat, tidak blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan
alami.
Yang kedua, probiotik untuk memacu pertumbuhan
ikan sendiri sekaligus membentengi dari kemungkinan terkena penyakit atau
stres. Probiotik itu harus dicampurkan ke pakan, pakan pelet ataupun
daun-daunan .
Probiotik ibarat benteng pertahanan diri, sebaiknya diberikan sejak dini.
Begitu bibit mau masuk kolam, tiga hari sebelumnya air kolam harus diguyur
probiotik lebih dahulu agar kondisi air cepat matang dan tumbuh banyak
plankton. Selanjutnya, pemberian probiotik untuk pemeliharaan air cukup dua
minggu sekali atau ketika kondisi air menurun kualitasnya.
Pemberian probiotik sangat membantu pertumbuhan ikan. Saat melihat di
kolamnya banyak Lele stres dan mengambang bahkan beberapa mati, dia secepatnya
mengguyurkan sebotol probiotik segenggam gula pasir ke kolam. Keesokan
harinya air kembali hijau jernih dan semua Lele sehat kembali.
Waktu budidaya akan lebih singkat 10 – 15 hari, ketimbang budidaya lele
intensif tanpa probiotik: sekitar 60 – 70 hari. Cara memanfaatkan probiotik
relatif mudah. dengan memberikan setengah gelas per hari probiotik cair untuk
1.500 lele yang dipelihara di kolam terpal berukuran 3 m x 4 m .
Memberikan probiotik melalui pakan. Mula-mula ia merendam pelet apung
selama 10 – 20 detik dalam larutan probiotik. Setelah ditiriskan beberapa saat,
ia memberikannya kepada lele. Dengan tambahan probiotik seperti itu,
pertumbuhan lele lebih cepat. Selain itu pemberian probiotik membuat konversi
pakan atau FCR turun menjadi sekitar 0,8 dari biasanya FCR 1,1. Artinya untuk
menghasilkan 1 kg daging ia hanya perlu 0,8 kg pakan. Tak hanya itu
tingkat kelulusan hidup (SR) meningkat hingga 95%.
Sejatinya probiotik adalah larutan berisi mikroba hidup yang menguntungkan
bagi inang – dalam hal ini ikan budidaya. Mikroba itu antara lain bakteri
asam laktat seperti Lactobacillus, Carnobacterium, beberapa kelompok Bacillus,
dan Pseudomonas. Seabrek keunggulan memang terdapat pada probiotik. Pada budidaya
akuakultur, pemberian probiotik menekan perkembangan bakteri patogen di
lingkungan perairan yang menurunkan produktivitas. Hasil riset di Thailand dan
Jepang sejak 10 tahun silam membuktikan hal itu. Pemakaian probiotik pada
budidaya nila Tilapia nilotica menurunkan angka kematian ikan sebesar 5,2%. Hal
itu diimbangi pula dengan peningkatan bobot tubuh sebesar 46,3% dari sebelumnya
9,6% pada budidaya intensif. Jadi wajar bila Agnes dan Heru Catur memanen
lebih cepat.
4. Teknologi Bioflok
Teknologi yang
menerapkan keseimbangan unsur organik dalam air ini ini sudah banyak
diterapkan, baik pada ikan air tawar maupun pada udang di tambak. Teknologi ini
dapat menekan konversi pakan ikan atau udang sehingga akan mengurangi buangan
ke lingkungan.
Bioflok, sesuai namanya yang merupakan gabungan dari
kata “bios” (kehidupan) dan “flock” (gumpalan), adalah kumpulan
dari berbagai organisme seperti bakteri, mikroalga, protozoa, ragi dan
sebagainya, yang tergabung dalam gumpalan.
Jika pakan herbal
yang sebelumnya disebutkan menambahkan tanam-tanaman, budidaya menggunakan
sistem bioflok ini menambahkan organisme hidup (probiotik) yang berperan tidak
hanya sebagai pakan tambahan alami bagi ikan tetapi juga menjaga kualitas air
sehingga ikan lebih sehat.
menginisiasi tumbuhnya organisme tersebut, biasanya pada kolam ditambahkan
kultur bakteri jenis Bacillus sp (B. subtilis, B.
licheniformis, B. megaterium, B. polymyxa) atau ragi (jenis Saccharomyces),
dan molase/tetes tebu sebagai nutrisi bagi bakteri. Mikroba ini kemudian akan
berkembangbiak dan karena media perairan budidaya sistem bioflok sudah
dikondisikan, maka tumbuh pula protozoa, mikroalga, ragi dan bakteri-bakteri
menguntungkan lainnya.
PRINSIP BIOFLOK
Berdasarkan riset bioflok pada lele yang dilakukan DJPB KKP, keuntungan
penerapan sistem bioflok ini antara lain:
·
Sedikit
pergantian air, karena flok harus terjaga agar tetap menjadi gumpalan.
·
Efisien
pakan (FCR bisa mencapai 0,7)
·
Pada tebar
bisa lebih tinggi (mencapai 3000 ekor/m3)
·
Produktivitas
tinggi
·
Hal-hal
yang patut diperhatikan pada sistem bioflok ini antara lain pentingnya aerasi
untuk mengaduk bahan organik agar terurai dengan baik. Selain itu juga aerasi
berfungsi untuk menambah oksigen dan menjaga kadar pH. Selain itu, manajemen
pemberian pakan juga perlu diperhatikan. Setelah beih ditebar ke dalam kolam,
sebaiknya beih dipuasakan selama 2 hari untuk proses adaptasi dengan
lingkungan. Ada pula masanya ikan tidak diberi pakan pelet untuk memanfaatkan
flok yang tersedia. Periodenya adalah sehari dalam seminggu dimulai pada minggu
kedua setelelah penebaran.
5. Teknologi Akuaponik
Teknologi ini juga mulai banyak dikembangkan,
karena dinilai mampu meminimalisir limbah hasil budidaya. Unsur hara (biasanya
didominasi unsur Nitrogen) akan diserap oleh tanaman melalui akarnya. Jenis
tanaman yang digunakan diantaranya adalah tanaman air seperti kangkung.
Budidaya lele dengan sistem RAS (Resirculating
Aquaculture System) aquaponic terbukti hemat lahan dan air dengan produksi
ganda berupa ikan dan sayuran. Secara teknis aquaponik mampu meningkatkan
produksi pembudidaya ikan. Hal ini dapat terjadi karena teknologi
aquaponik merupakan gabungan teknologi aquakultur dengan teknologi hidroponik
(bercocok tanam tanpa tanah) untuk mengoptimalkan fungsi air dan ruang sebagai
media pemeliharaan.
Sistem RAS aquaponik lele memang belum banyak yang menerapkannya. Sistem
ini memadukan metode budidaya ikan lele dengan memanfaatkan nutrisi yang
diperoleh dari air kolam lele untuk disalurkan menjadi media tanam bagi
tanaman. Sistem RAS aquaponik lele ini sebenarnya yang paling sering diterapkan
pada model-model aquaponik, hal ini karena ikan lele menghasilkan kotoran dan
sisa-sisa makanan yang jumlahnya lebih banyak, sehingga bisa dimanfaatkan untuk
nutrisi bagi tanaman.
RAS aquaponik adalah salah satu sistim perikanan
dan pertanian modern penggabungan dari pemeliharaan ikan dan pemeliharaan
tumbuhan yang cara kerjanya adalah dengan memanfaatkan kotoran ikan dan sisa
pakan ikan sebagai nutrisi tumbuhan. Dengan cara ini di nilai lebih memberikan
keuntungan yang lebih banyak yaitu jika di nilai dari segi efektif dan beberapa
keuntungan lainnya.
Prinsip dasar RAS aquaponik adalah sisa pakan dan kotoran ikan yang
memperburuk kualitas air dan menyebabkan kematian pada ikan, akan dimanfaatkan
sebagai pupuk bagi tanaman. Pemanfaatan tersebut melalui
sistem resirkulasi air kolam yang disalurkan ke media tanaman,
yang secara mutualistis juga menyaring air tersebut sehingga saat kembali ke
kolam menjadi “bersih” dari amonia dan mempunyai kondisi yang
lebih layak untuk budidaya ikan.
PENERAPAN RAS AQUAPONIK LELE
Berikut adalah hal-hal yang perlu dipersiapkan dan diperhatikan dalam penerapan RAS aquaponic lele:
A.
Kolam atau
fish tank sebagai tempat tumbuh kembang ikan. Kolam ini bisa bentuk bulat atau
kotak.
B.
Filter
air. Sebelum air kolam di sirkulasi menuju ke tanaman perlu adanya filter
sebagai tempat proses nitrifikasi dan mineralisasi. Di dalam sistem RAS
Aquaponik lele ada 3 jenis filter yg di gunakan :
·
Filter
Mekanis, yaitu filter penampung kotoran padat
·
Filter
Biologis, yaitu tempat tumbuhnya bakteri pengurai atau apterment bakteri
·
Filter
Mineralisasi, yaitu rincian dari bahan organik ke unsur-unsur individu
dilakukan oleh bakteri heterotrof dalam kondisi anaerobik.
C.
Sump tank
(bak penampung air yg sudah difilterisasi).
D.
Sistem
penanaman dengan system hidroponik bercocok tanam tanpa ada beberapa sistem
penanamannya seperti Growbed pasang surut, DFT (deep flowing technique), Rakit
apung dan Vertical grow. System penanaman ini bisa menjadi filter ke 4 (empat)
E.
Air yang
keluar dari sistem output dari saluran aquaponik akan kembali masuk ke kolam
ikan lele dan memberikan percikan oksigen sehingga dapat meningkatkan kadar
oksigen dalam kolam.
Langkah selanjutnya dalam perawatan ikan lele dan saluran RAS aquaponik
agar selalu terjaga dengan sehat adalah bagaimana kita mampu secara konsisten
untuk dapat memberikan pakan ikan berkualitas untuk ikan lele. Gunakan pelet
sebagai pakan ikan. Akan lebih bagus lagi pellet ikan di fermentasi dulu selama
tiga (3) hari dengan probiotik. Bisa juga mengunakan tanaman seperti kangkung,
azolla dan duck week. Tetapi hal yang perlu di perhatikan adalah
memberikan pakan ikan dengan kadar protein tinggi dapat mempercepat pertumbuhan
ikan lele.
6. Teknologi Yumina (sayur dan ikan) dan Bumina (buah dan ikan)
Teknologi ini dikembangkan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan kelautan dan Perikanan. Prinsip dasar dari teknologi tersebut
hampir sama dengan teknologi akuaponik. Teknologi ini bahkan sudah diadopsi
oleh FAO sebagai teknologi rekomended untuk dikembangkan.
Yumina adalah teknik pemeliharaan tanaman sayur dengan ikan, sedangkan
bumina adalah teknik pemeliharaan tanaman buah dengan ikan. Jadi, yumina-bumina
adalah teknik budidaya yang menghasilkan ikan, sayur, dan buah dalam 1 unit
pemeliharaan. Tentu saja ini menjadi solusi untuk melipatgandakan fungsi lahan.
Sistem pemeliharaannya yang mudah menjadi daya tarik tersendiri bagi para
petani kota, bahkan bisa diaplikasikan oleh ibu rumah tangga sebagai kegiatan
sampingan
di rumah. Dari buku ini, Anda bisa mendapatkan beberapa keuntungan, di
antaranya sebagai berikut.
1. Pengenalan
teknik yumina-bumina.
2. Panen ikan, sayur, dan buah.
3. Berbagai sistem budidaya yumina-bumina.
4. Tutorial perakitan sistem yumina-bumina.
5. Analisis usaha yang membuat Anda yakin bahwa budidaya yumina-bumina lebih
menguntungkan.
7. Teknologi 90% Satiation Feeding
Teknologi ini dikembangkan oleh ASA (American
Soybean Association). Teknologi tersebut diambil dari negeri Tiongkok.
Logikanya adalah ikan tidak diberikan pakan kenyang setiap hari, namun hanya
pada level 90 % saja. Sehingga tidak ada makanan yang tersisa karena tidak
dimakan, kemudian metabolisme ikan lebih baik. Teknologi ini pernah dicoba di
Indonesia sekitar 2004 – 2006 pada ikan yang dipelihara di kolam arus deras dan
karamba jaring apung (mas dan nila).
Pemberian pakan sekenyangnya (satiation)
dikisaran 90% Pada sistem pemberian pakan seknyangnya adalah suatu usaha para
pembudidaya ikan untuk melakukan pemberian pakan pada ikan yang dibudidayakan
dalam jumlah yang maksimal. Hal ini dapat dilakukan pada ikan budidaya yang
benar-benar sudah diketahui daya tampung lambungnya secara maksimal dalam
setiap pemberian pakan, sehingga pakan ikan yang diberikan semuanya dikonsumsi
oleh ikan. Tetapi dalam kenyataannya sangat sulit bagi para pembudidaya untuk
menerapkan sistem pemberian pakan ini karena untuk menghindari pakan yang
terbuang itu sangat sulit. Oleh
karena itu dalam pemberian pakan secara maksimal akan mudah diterapkan jika
ikan yang dibudidayakan sudah terbiasa dengan jumlah pemberian pakan tersebut
setiap hari berdasarkan pengalaman di lapangan.
8. Teknologi Pakan Terapung
Dengan menggunakan pakan ikan terapung, maka dapat lebih mudah
mengontrol jumlah pakan yang diberikan kepada ikan. Hal ini karena pakannya
terapung sehingga dapat dilihat dengan mata. Namun teknologi ini hanya untuk
ikan-ikan yang makan di permukaan saja, tidak cocok untuk tipe demersal seperti
udang. Namun hal ini juga harus mempertimbangkan kebiasaan makan dari jenis
ikan yang dibudidayakan.
Sejatinya proses pembuatan pakan terapung (flaoting), butuh pemasakan
bertekanan tinggi agar terjadi rongga udara didalam pakan. Rongga udara itu,
pakan dapat terapung di air. Proses pemasakan itu membuat bahan yang terkandung
didalamnya lebih matang. Pakan terapung juga memudahkan pembudidaya memberikan
pakan. Sehingga menghindari pakan tersebut terbuang percuma. Pakan yang
terbuang menyebabkan kualitas air menurun dan memicu kehadiran penyakit yang
dapat membuat ikan lele/ikan dibudidayakan mati. Perlu dicermati juga saat
pemberian pakan, hentikan ketika 80-90% ikan tidak berkumpul untuk berebut
pakan.
Kelebihan pakan terapung
Pemasakan sempurna, sehingga zat antinutrisi terdegradasi
Nilai FCR lebih baik karena pakan yang dimasak sempurna, mengoptimalkan
pencernaan pada tubuh ikan
Pakan tersebar sempurna, sehingga ukuran ikan saat panen lebih seragam,
pemberian pakan juga dapat terkontrol, karena sifat terapungnya pakan itu
memudahkan pembudidaya melihat dan menghentikan pemberian pakan, sehingga
koefisiensi pemberiaan pakan dan pengurangan libah sisa pakan.
Sumber
: Prodi Teknologi Akuakultur. Senin, 5 November 2017. Dosen pengampu : Heri
Triono, A.Pi., M.Kom
Komentar
Posting Komentar