PENCEGAHAN HAMA DAN
PENYAKIT
IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS)
Oleh : Dian
Risnandar, S.Pi
(Penyuluh Perikanan
Muda)
Di
dalam melakukan kegiatan budidaya, pengendalian hama dan penyakit sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya kerugian oleh pembudidaya dan kerugian
bagi orang banyak akibat mutu rendah dan penyakit yang menyerang. Untuk itu
perlu dilakukan pemberantasan hama dan penyakit dengan baik. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan ikan / udang terserang penyakit meliputi:
a). Faktor-faktor
kimia dan fisika, antara lain:
·
Perubahan salinitas
air secara mendadak;
·
pH yang terlalu
rendah (air asam), dan pH yang terlalu tinggi (air basa/alkalis);
·
Kekurangan oksigen
dalam air;
·
Zat beracun,
pestisida (insektisida, herbisida dan sebagainya);
·
Perubahan suhu air
yang mendadak;
·
Kerusakan mekanis
(luka-luka);
·
Perairan terkena
polusi.
b). Makanan yang tidak baik :
·
Kekurangan vitamin
dan komposisi gizi yang buruk;
·
Bahan makanan yang
busuk dan mengandung kuman-kuman.
·
Bentuk fisik dan
kelainan-kelainan tubuh yang disebabkan oleh keturunan
·
Stres
Stres merupakan suatu rangsangan yang
menaikkan batas keseimbangan psikologi dalam diri ikan terhadap lingkungannya.
Biasanya stres pada ikan diakibatkan perubahan lingkungan akibat beberapa hal
atau perlakuan misalnya akibat pengangkutan/transportasi ikan-ikan yang
dimasukkan ke dalam kolam tempat
pengangkutan biasanya akan mengalami shock, berhenti makan dan mengalami
pelemahan daya tahan terhadap penyakit.
e). Kepadatan Ikan
Kepadatan
ikan yang melebihi daya dukung perairan (carrying
capacity) akan menimbulkan persaingan antar ikan tinggi, oksigen terlarut
menjadi rendah dan sisa metabolisme seperti ammonia akan meningkat sehingga
dapat menimbulkan stres dan merupakan penyebab timbulnya serangan penyakit.
Penyebab penyakit di atas tergolongkan kedalam faktor intern (dari dalam),
maksudnya penyebab penyakit itu masih disebabkan oleh spesies itu sendiri.
Sedangkan faktor eksternal disebabkan oleh lingkungan di sekitar tempat spesies
dibudidayakan.
Timbulnya
penyakit pada budidaya tambak salah satunya disebabkan karena menumpuknya
limbah disekitar lingkungan tambak (faktor ekstern) sehingga menyebabkan
tumbuhnya mikroorganisme. Jika pertumbuhan mikroorganisme ini melimpah terutama
pada golongan pengurai akan diikuti dengan turunnya kualitas air di
sekelilingnya.
Serangan
penyakit jarang ditemukan mewabah secara besar-besaran dalam budidaya ikan
nila. Kalaupun ada, hanya berupa serangan lokal. Namun pembudidaya tetap harus
berhati-hati. Karena penyakit ikan nila bukan tidak mungkin datang mengganggu.
Kondisi
paling rentan terhadap serangan hama dan penyakit biasanya terjadi pada fase
pembenihan ikan nila, dari penetasan hingga pendederan. Penyakit ikan nila bisa
ditularkan lewat aliran air, udara dan kontak langsung. Atau, terjadi karena
kondisi lingkungan yang buruk.
PENCEGAHAN HAMA DAN PENYAKIT.
Pencegahan
merupakan langkah yang paling efektif untuk menekan resiko hama dan penyakit
ikan nila, karena bila hama dan penyakit sudah menyerang, biaya
penanggulangannya akan lebih besar. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk
mencegah serangan hama dan penyakit ikan nila, diantaranya :
·
Pengolahan dasar
kolam, yaitu pengeringan, pengapuran dan pemupukan. Pengeringan dilakukan
dengan menjemur dasar kolam setiap kali hendak memulai budidaya. Sinar matahari
bisa membunuh sebagian besar hama dan penyakit yang mungkin ada pada periode
budidaya sebelumnya. Pengapuran dasar kolam juga membantu mematikan sebagian
penyakit.
·
Memasang filter
atau saringan pada pintu pemasukan air untuk mencegah sebagian hama dan vektor
pembawa penyakit masuk ke dalam kolam
·
Lakukan secara
rutin pemberantasan hama secara mekanis (diambil atau dibunuh) dan
pemberantasan hama secara biologis (mempertahankan predator alami hama).
Apabila hama tetap membandel bisa dipertimbangkan menggunakan obat-obatan
kimia. Gunakan bibit ikan nila unggul yang tahan terhadap penyakit.
·
Mengurangi
kepadatan ikan agar tidak terjadi kontak antar ikan secara langsung. Dengan
jarangnya populasi, kadar oksigen terlarut dalam air kolam akan lebih banyak.
·
Berikan pakan
dengan takaran yang tepat untuk menghindari terjadinya penumpukan sisa pakan
dalam kolam. Sisa pakan akan membusuk sehingga menurunkan kualitas lingkungan
kolam dan menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit.
·
Lakukan penanganan ikan
secara hati-hati pada saat penebaran atau pemindahan antar kolam, agar ikan
tidak terluka yang memicu infeksi penyakit.
Apabila
langkah pencegahan sudah dilakukan dan hama penyakit tetap muncul, lakukanlah
pemberantasan hama dan pengobatan penyakit dengan obat-obatan kimia. Yang perlu diingat, pemberian bahan kimia
akan mendatangkan efek samping.
Pengobatan
penyakit bisa dilakukan dengan memberikan bahan kimia pada kolam, merendam ikan
yang sakit, mencampur obat dengan pakan, atau memberikan obat secara langsung
pada tubuh ikan.
HAMA IKAN NILA
Hama
yang memangsa ikan nila tidak jauh berbeda dengan hama ikan air tawar lainnya.
Beberapa hama ikan nila yang paling sering dijumpai dan mempunyai efek
mematikan diantaranya :
· Notonecta
Masyarakat
Jawa Barat menyebutnya bebebasan (menyerupai beras) karena terdapat bintik
putih seperti beras. Hama ini menyerang benih ikan yang masih kecil. Upaya
pencegahannya cukup sulit. Bila jumlahnya sudah terlalu banyak, hama ini
diberantas dengan menyiramkan minyak tanah pada kolam. Jumlah minyak tanah yang
diperlukan 5 liter tiap 1000 m2 luas
kolam. Cara ini cukup efektif menekan populasi notonecta.
· Larva
cybister
Hama
ini dikenal dengan nama ucrit, lebih mematikan dibanding notonecta. Warnanya
kehijauan dan dapat bergerak dengan cepat. Bagian depan terdapat taring untuk
menjepit mangsa, sedangkan di bagian belakangnya terdapat sengatan. Ucrit
biasanya menyerang benih ikan.
Ucrit
menyukai lingkungan kolam yang banyak mengandung material organik. Untuk
mencegahnya, bersihkan kolam secara rutin dari gulma dan sampah organik. Bila
sudah dewasa, akan bermetamorfosis menjadi kumbang yang bisa meloncat antar
kolam.
Bahan
kimia yang mematikan bagi ucrit, akan mematikan juga bagi benih ikan nila. Oleh
karena itu, hama ucrit hanya dianjurkan untuk diberantas secara mekanis dan
mengefektifkan pencegahan.
PENYAKIT IKAN NILA
Ikan nila bisa dikatakan relatif tahan terhadap penyakit. Hingga saat ini belum
pernah ditemukan wabah penyakit secara besar-besran yang menyerang ikan nila.
Tidak seperti budidaya ikan mas, yang sering dilanda wabah.
Secara
umum, terdapat dua tipe penyakit ikan nila, yakni penyakit infeksi atau
penyakit menular dan penyakit non-infeksi yaitu disebabkan oleh kondisi
lingkungan yang buruk. Berikut ini beberapa penyakit ikan nila dari jenis
penyakit infeksi yang sering dijumpai :
· Trichodina sp. Jenis
mikroorganisme yang menjadi parasit pada ikan air tawar maupun ikan air laut.
Parasit ini biasanya menyerang bagian luar seperti kulit, sirip dan insang.
Tandanya terlihat luka pada organ-organ yang diserang. Bisa dicegah dengan
menjaga sanitasi kolam dan memasang filter air atau bak pengendapan pada
instalasi pengairan kolam. Pengobatan bisa dilakukan dengan merendam ikan yang
sakit dalam larutan garam (NaCl) sebanyak 500 – 1000 mg/liter selama 24 jam
· Penyakit yang disebabkan oleh sejenis jamur.
Biasanya menyerang telur, larva dan benih ikan. Bagian tubuh yang diserang
orgna-organ luar. Penampakan penyakit ini seperti benang halus berwarna putih
atau putih kecoklatan. Pengobatan dilakukan dengan merendam telur atau ikan
yang terserang dalam larutan Malachite green 1 mg/liter selama 1 jam atau NaCl
5 gram/liter selama 15 menit.
· Epistylis spp.
Parasit ini umumnya menyerang organ-organ bagian luar seperti kulit, insang dan
sirip. Ciri-ciri ikan yang terserang bagian insangnya berwarna merah
kecoklatan, ikan sukar bernafas, gerakan lambat dan pertumbuhannya terhambat.
Penularan penyakit terjadi karena kontak langsung dengan ikan yang sakit.
Pencegahannya dengan mengurangi padat tebar ikan. Pengobatnnya dengan merendam
ikan dalam KmnO4 20 mg/liter
selama 15-20 menit.
· Bercak merah. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
Aeromonas
dan Pseudomonas.
Menyerang organ bagian dalam dan luar. Ciri-cirinya ada pendarahan pada bagian
tubuh yang terserang, sisik terkelupas, perut membusung. Bila menyerang kulit
akan terlihat borok. Ikan terlihat lemah dan sering muncul ke permukaan kolam.
Bila dibedah bagian dalamnya mengalami pendarahan pada hati, ginjal dan limpa.
Pengobatan bisa dilakukan dengan cara menyuntik, perendaman atau dengan
mencampur obat pada pakan. Obat perendaman Kaliumpermanganat 10
mg/liter selama 30 – 60 menit. Penyuntikan dengan tetramysin 0,05 ml per 100
gram bobot iakn atau kanamysin 20 – 40 mg/kg bobot ikan. Pencampuran pada pakan
dengan oxytetracyclin 50
mg/kg pakan, diberikan setiap hari selama 7 – 10 hari.
Sedangkan
penyakit non-infeksi yang banyak ditemukan dalam budidaya ikan nila disebabkan
oleh :
· Kualitas
air
Kualitas
air yang buruk membahayakan perkembangan ikan. Oleh karena itu kualitas air
harus terus dipantau. Pastikan saluran masuk dan keluar tetap lancar. Bila air
di sirkulasikan untuk beberapa kolam, penggunaan bak penyaringan air lebih
direkomendasikan. Air yang berkualitas akan membuat ikan selalu berada dalam
kondisi bugar dan sehat.
· Pakan
Pemberian
pakan harus tepat jenis dan takaran. Pakan yang tersisa akan mengendap di dasar
kolam, menurunkan kualitas air dan menimbulkan gas-gas berbahaya bagi ikan.
· Keracunan
Keracunan
pada ikan biasanya disebabkan oleh pemberian pakan yang salah, misalnya pakan
kadaluarsa. Bisa juga disebabkan oleh adanya senyawa beracun dalam kolam,
seperti H2S yang timbul dari pembusukan material organik di dasar kolam atau
pollutan berbahaya yang terbawa dari sumber air.
· Penanganan
Ikan
Dalam
menangani ikan usahakan secara hati-hati. Misalnya saat penebaran atau
pemindahan kolam, jangan sampai tubuh ikan terluka karena jaring atau benda
keras lainnya. Luka pada tubuh ikan akan memicu penyakit.
· Genetis
Gunakan
selalu benih ikan yang baik. Penyakit juga bisa disebabkan oleh keturunan.
Misalnya, bentuk tubuh ikan yang tidak sempurna atau cacat.
Semoga bermanfaat dan semoga ikan-ikan nila tetap sehat dan sukses sampai
panen. Sumber : Balai
Laboratorium Pengujian Kesehatan |
Disusun oleh : |
Komentar
Posting Komentar