SISTEM KEKEBALAN TUBUH IKAN
SISTEM KEKEBALAN PADA IKAN
Oleh : Dian Risnandar, S.Pi
Penyuluh Perikanan Kecamatan Pamarican
A. Prinsip Dasar Kekebalan
Sistem kekebalan pada ikan terbagi
atas sistem pertahanan non spesifik dan spesifik. Proses pertahanan tubuh yang
sederhana ditampilkan oleh organisme sebagai bentuk pertahanan dengan
mengandalkan struktur fisik, kerja mekanik alat pertahanan dan pengeluaran
substansi kimiawi yang sangat sederhana. Pada ikan, fagositosis adalah bentuk
respon pertahan tubuh yang paling sederhana, namun sangat penting, sebagai
wujud sistem petahanan non spesifik. Ketika ikan mengalami infeksi mikroba
patogen, mekanisme kekebalan non-spesifik akan bekerja untuk menghentikan
proses infeksi tersebut. Jika mekanisme tersebut tidak bekerja efektif,
maka infeksi akan berlanjut dan mampu menimbulkan gejala klinis penyakit. Pada
saat itu respon kekebalan spesifik akan mulai terjadi dan jika ikan mampu
bertahan hidup maka akan terbentuk antibodi spesifik terhadap agen infeksi pada
level titer protektif dan terbentuk pula sel-sel memori. Jika terjadi reinfeksi
oleh agen penyakit sejenis, maka ikan tersebut akan kebal, mampu menahan infeksi
karena respon kekebalan sekunder akan terjadi, sebagai efek booster.
Mekanisme kekebalan non-spesifik
juga dikenal sebagai kekebalan alamiah (innate immunity), merupakan mekanisme
pertahanan inang yang responnya tidak bergantung pada frekuensi kontak terhadap
antigen tertentu. Berbeda dengan respon kekebalan spesifik (humoral mediated
immunity maupun cellular mediated immunity) yang responnya sangat tergantung
pada frekuensi kontak induk semang dengan antigen tertentu sebelumnya (sering
pula disebut adaptive immunity). Meskipun demikian, beberapa fungsi dari sistem
kekebalan non-spesifik juga terlibat dalam sistem kekebalan spesifik. Sistem
pertahanan pada ikan akan terbentuk sempurna saat ikan telah dewasa. Pada benih
ikan sistem kekebalan tubuh sudah terbentuk tetapi belum berfungsi optimal
sehingga kurang efisien dalam menahan nfeksi patogen. Pada tahap ini, ikan
rentan terhadap penyakit. Sistem pertahanan non spesifik merupakan pertahanan
tubuh yang terdepan ketika menghadapi paparan patogen karena memberikan respon
langsung terhadap antigen. Sistem pertahanan tubuh non spesifik terdiri dari
kulit dan selaput mukosa. Sistem pertahanan tubuh spesifik adalah sistem
kekebalan tubuh khusus yang membuat limfosit peka untuk segera menyerang
patogen tertentu.
Ikan bertulang belakang
secara umum memiliki sistem pertahanan berupa sel-T, sel-B dan
immunoglobulin-like. Sedangkan ikan bertulang rawan mempunyai imunoglobulin,
sel-T, sel plasma dan IgM. Amphibia memiliki sel-T, IgG, IgM dan nodulus
limfatikus, sedangkan reptilia memiliki sel-T, IgG, dan IgM.
B. Sistem kekebalan non-spesifik
Kekebalan non-spesifik adalah
suatu sistem pertahanan tubuh yang berfungsi untuk melawan segala jenis patogen
yang menyerang dan bersifat alami. Kekebalan non-spesifik merupakan imunitas
bawaan (innate immunity),yaitu respon perlawanan terhadap zat asing yang
dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar oleh zat
tersebut.
Sistem kekebalan non-spesifik
mencakup pertahanan pertama dan pertahanan kedua. Pertahanan pertama yaitu
pertahanan fisik meliputi, sisik, kulit, dan mukus. Mukus memiliki kemampuan
menghambat kolonisasi mikroorganisma pada kulit, insang dan mukosa. Mukus ikan
mengandung imunoglobulin (IgM) alami dan bukan sebagai respon dari pemaparan
antigen. Imunoglobulin merupakan antibodi yang dapat menghancurkan patogen yang
menyerang tubuh. Adapun sisik dan kulit berperan dalam melindungi ikan dari
kemungkinan luka dan sangat penting peranannya dalam mengendalikan osmolaritas
tubuh. Kerusakan pada sisik atau kulit dapat mempermudah patogen menginfeksi
inang.
Sel-sel fagosit menghancurkan
antigen melalui tiga tahap, yaitu pelekatan, fagosit dan pencernaan. Proses
fagosit sendiri dapat terjadi apabila sel-sel fagosit berada dalam jarak dekat
dengan antigen, atau antigen tersebut harus melekat pada permukaan sel fagosit.
Sel makrofag dan netrofil juga masih memiliki kemampuan untuk melakukan
mekanisme pertahanan non-spesifik melalui proses chemotaksis dan pinocytosis.
Chemotaksis adalah proses dimana sel fagosit dipancing oleh berbagai jenis
molekul untuk melakukan migrasi ke lokasi terjadinya inflamasi, kerusakan
jaringan atau reaksi antigen-antibodi (immune reactions). Fenomena ini ditandai
oleh proses pembukaan membran sel membentuk lubang (vakuola) kecil melalui
proses endocytosis.
C. Sistem kekebalan spesifik pada ikan
Ada beberapa substansi sel dan
organ yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh suatu organisme.
Elemen-elemen tersebut sering disebut dengan sistem kekebalan (immune system).
Organ yang termasuk dalam sistem kekebalan adalah sistem “Reticulo
Endothelial”, limfosit, plasmosit, dan fraksi serum protein tertentu.
Faktor-faktor yang berperan pada
sistem kekebalan pada tubuh ikan
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi respon kekebalan tubuh pada ikan antara lain: suhu, kondisi
stress, keseimbangan nutrisi, pollutan, mikro-nutrien, dan unsur-unsur
immunomodulator. Pada gambar tersebut sangat jelas bahwa kekebalan tubuh sangat
beragam, dan beberapa diantaranya bersifat alamiah sehingga relatif sulit untuk
dikendalikan.
1. Suhu
Ikan merupakan hewan poikilotermik. Proses fisiologi yang terjadi dalam tubuh ikan sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Sebagian besar mekanisme pertahanan tubuh adalah sangat bergantung pada suhu (temperature-dependent), dan berkembang lebih cepat pada suhu lingkungan yang optimal untuk organsime bersangkutan. Suhu rendah diketahui sebagai faktor pembatas dalam proses metabolisme organisme, termasuk proses induksi kekebalan tubuh. Namun demikian, suhu yang terlalu tinggi juga dapat menekan fungsi kekebalan tubuh. Proses reaksi antigen-antibodi yang dimulai dengan cellular co-operation antara sel makrofag dengan sel limfosit adalah sangat dipengaruhi oleh suhu (temperature-sensitive). Fungsi normal sel limfosit ikan sangat tergantung pada adaptasi homoviscous dari kondisi lipid membrane sel. Komposisi asam lemak dan suhu lingkungan merupakan faktor yang akan sangat berpengaruh terhadap “fluidity” dan permeabilitas membrane sel, dan juga terhadap aktivitas antara membrane-associated receptors dengan enzyme. Beberapa hasil kajian juga telah membuktikan bahwa respon kekebalan tubuh (CMI dan humoral) ikan berlangsung relative lambat pada suhu rendah.
2. Kondisi stress
Stress sangat berpengaruh terhadap status kesehatan ikan. Stress dapat disebabkan oleh faktor biologis, kimiawi maupun fisik. Respon stress akan diikuti dengan penurunan kadar limfosit dalam darah, dan juga di dalam organ-organ limfoid.
Beberapa respon (stress alarms) yang terjadi apabila ikan mengalami
tekanan: (1). Peningkatan gula darah akibat sekresi hormon dari kelenjar
adrenalin. Persediaan gula, seperti glycogen dalam hati dimetabolisme sebagai
persediaan energi untuk emergensi. (2).Osmoregulasi kacau akibat perubahan
metabolisme mineral. Pada kondisi tersebut, ikan air tawar cenderung
mengabsorbsi air dari lingkungan (over-hydrate). Ikan air laut cenderung
kehilangan air dari dalam tubuh (dehydrate). Kondisi ini perlu energi ekstra
untuk memelihara keseimbangan osmoregulasi. (3). Pernafasan meningkat, tensi
darah meningkat, dan persediaan sel darah merah direlease ke sistem
resirkulasi, dan (4). Respon inflamasi ditekan oleh hormon yang dikeluarkan
dari kelenjar adrenalin.
3. Polutan dan logam berat
Unsur-unsur polutan dan logam berat diketahui memiliki potensi yang besar
terhadap sistem kekebalan tubuh, dengan akibat yang sangat variatif tergantung
pada jenis (kualitas) dan kuantitas dari polutan atau logam berat tersebut.
Obat-obatan atau bahan kimia/antibiotik juga dapat berperan sebagai unsur
immunosupressive.
Jenis bahan kimia tertentu (pestisida, insektisida, pollutan limbah
industri, limbah rumah tangga, dll.) dapat menyebabkan ikan sakit dengan
berbagai kondisi. Kolam-kolam ikan di daerah dataran rendah, umumnya memperoleh
sumber air dari aliran sungai yang melewati daerah pemukiman, daerah industri
atau pertanian. Sebelum masuk ke kolam budidaya, air tersebut membawa segala
limbah eksternal yang terkandung di dalamnya. Limbah tersebut dapat berupa
padatan terlarut hasil pengikisan/erosi tanah permukaan akibat pengelolaan lahan
yang kurang baik atau unsur-unsur kimia yang berbahaya bagi kehidupan ikan,
terutama logam berat.
Logam berat yang cukup berbahaya bagi kehidupan ikan karena sifat
toksisitasnya, berturut-turut antara lain meliputi: Hg, Cd, Cu, Zn, Ni, Pb, Cr,
Al dan Co. Sifat racun dari masing-masing logam berat tersebut dapat meningkat
apabila komposisi ion-ion di dalam air terdiri dari jenis-jenis ion yang
sinergetik, dan sebaliknya melemah apabila kandungan ion-ion tersebut bersifat
antagonistik. Nilai pH air juga berpengaruh pada tingkat kelarutan ion-ion
logam, umumnya tingkat kelarutan dan aktivitas ion logam akan meningkat pada pH
air yang rendah. Sebagai gambaran, pengaruh unsur Hg terhadap ikan dapat
meracuni sistem syaraf ikan; dan unsur Cd bersifat cyto-toksikan terhadap
jaringan insang ikan.
Kontaminasi ringan unsur logam berat di lingkungan perairan akan dideposit
oleh ikan-ikan induk kemudian dikonsentrasikan dalam minyak yang tersimpan
dalam telur-telur mereka. Kontaminasi demikian pada akhirnya akan mematikan
telur-telur tersebut pada saat berkembang sebelum menjadi larva, dan lain-lain.
4. Keseimbangan nutrisi
Kecukupan pakan (kualitas dan kuantitas) sesuai dengan kebutuhan optimal
ikan sangat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh ikan. Kondisi ini juga
sangat nyata terhadap optimalisasi pertumbuhan serta menjamin kualitas pangan
asal ikan bagi kebutuhan konsumsi manusia.
5. Mikro nutrien
Anti oksidan seperti vitamin C dan E vitamin E (a-tocopherol) dan unsur
imunostimulan lainnya seperti Glukan, Lipopolisakarida, dll.; dimana materi
biologis tersebut telah terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan
terutama sistem pertahanan non-spesifik(cellular immunity).Unsur-unsur
imunostimulan tersebut telah terbukti sangat potensial sebagai unsur yang memiliki
pengaruh sangat baik (immunomodulatory) terhadap sistem kekebalan tubuh ikan
apabila diberikan pada dosis yang tepat dan berkelanjutan. Kandungan unsur
karotin dalam diet pakan ikan juga menunjukkan pengaruh yang baik terhadap
status kesehatan ikan, terutama ikan-ikan berpigmen.
6. Immunomodulators
Adjuvant merupakan unsur yang apabila dicampur dengan antigen untuk
keperluan vaksinasi akan meningkatkan efektivitas vaksin (meningkatkan level
respon kekebalan spesifik), dan juga dapat melipatgandakan produksi sel-sel
fungsional yang berperan dalam sistem kekebalan non-spesifik. Umumnya unsur
adjuvant berperan sebagai materi yang dapat memperlambat proses pelepasan
antigen, sehingga antigen akan kontak lebih lama dengan sel makrofag dan
limfosit; sehingga akan meningkatkan kualitas respon kekebalan spesifik
(antibodi) yang dihasilkannya. Prinsip pemberian unsur adjuvan ke dalam vaksin
adalah untuk tujuan tersebut.
Seperti halnya mikro-nutrient, beberapa unsur yang bersifat
immunostimulator seperti vitamin C dan E vitamin E (a-tocopherol) dan unsur
imunostimulan lainnya seperti Glukan, Lipopolisakarida, muramil peptida,
lipopolisakarida, dll. juga telah terbukti sangat bermanfaat sebagai unsur
imunomodulator; terutama sistem pertahanan non-spesifik.
Semoga bermanfaat
Sumber:
Supriyadi, H.; Taukhiddan G. Moekti. 1997. SistimKekebalan (Imunitas)
padaIkan
Komentar
Posting Komentar